CHAT GPT: MEMAKSIMALKAN POTENSI ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM PENGGALIAN IDE RISET ILMIAH

Published by rkim on

Safina Amelia Khansa, Marhani Amalia, Muhammad Alfaiz Khalifah Alamsyah, Zahrah Puteri Alifiyyah 

PENDAHULUAN

Dewasa ini teknologi sudah jauh lebih berkembang dari sebelumnya, hal ini ditandai oleh arus pertukaran informasi yang semakin cepat serta adanya upaya optimalisasi penerapan teknologi dalam kegiatan sehari-hari. Sama halnya dengan produk teknologi, jejaring internet dari masa ke masa  mengarah pada pengembangan fitur yang lebih canggih. Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) juga merupakan output dari inovasi teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi kerja.

Berbicara mengenai AI, sangat erat kaitannya dengan kemunculan AI chatbot bernama ChatGPT yang rilis pada November 2022 silam. Hingga saat ini ChatGPT masih ramai diperbincangkan karena fiturnya yang beginner-friendly dan kapabilitas performanya yang luar biasa. Penggunaan AI telah terbukti efektif dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, edukasi, bisnis, dan lain-lain. Menurut Demis Hassabis, CEO Deepmind Tech, AI adalah alat untuk memperluas intelegensi manusia dalam memproses dan memahami jumlah informasi yang besar serta sebagai pemantik adanya ide penemuan baru. “Memperluas intelegensi” dapat diartikan sebagai pemanfaatan fitur teknologi yaitu, akurasi yang tinggi, otomasi dalam pengoperasian, aksesibilitas yang mudah, dan eksplorasi ide yang instan.

Dalam kaitannya dengan pembuatan karya ilmiah, AI ChatGPT dapat dimanfaatkan untuk menentukan topik. Topik ini dapat bersumber dari pengamatan terhadap isu yang sedang ramai diperbincangkan maupun ketertarikan subjektif terhadap bidang tertentu. Tentunya eksistensi dari AI ChatGPT menjadi sarana eksplorasi ide yang dapat diakses dengan mudah, hal tersebut dapat mendukung kelengkapan bahan observasi secara instan.

Artikel ini akan membahas lebih detail tentang bagaimana cara memaksimalkan AI chatbot ChatGPT dalam penggalian ide riset ilmiah dengan meninjau beberapa hal seperti, perbedaan pencarian referensi menggunakan ChatGPT dengan cara lain seperti observasi dan analisis pustaka, validitas referensi yang disajikan, serta pro kontra penggunaannya dalam penyusunan sebuah karya ilmiah.

PEMBAHASAN

AI merupakan alat atau sistem mesin yang dapat melakukan tugas-tugas seperti belajar, perencanaan, penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan. Dalam pengertian lain, Artificial intelligence is the science of making machines smart (Hassabis, 2015). Selain itu, AI terdiri dari tiga sub-bagian yaitu, machine learning (ML), natural language processing (NLP) dan deep learning (DL). Machine learning, deep learning, neural network, dan machine translation—semua istilah ini berada pada spektrum yang sama. Namun demikian, terdapat perbedaan (Davina Decher, 2021). ML digunakan untuk mempelajari pola dari data sedangkan NLP digunakan untuk mengolah data dalam bentuk bahasa manusia. DL adalah teknik khusus dalam ML yang mampu merepresentasikan data dalam bentuk teks atau suara yang kompleks. Salah satu produk teknologi yang mengkombinasikan ketiganya adalah Google Assistant. NLP digunakan untuk memproses input suara dan mengidentifikasi kebutuhan pengguna, seperti meminta informasi atau meminta bantuan. Setelah itu, penggunaan ML dilakukan untuk memahami pola dari input suara dan memberikan respons yang sesuai. Kemudian DL untuk meningkatkan kualitas respon yang lebih kompleks, seperti penggunaan slang atau variasi dialek.

ChatGPT sendiri adalah sebuah perangkat berbasis AI dengan sistem berbasis chat. User bisa memberikan pertanyaan atau perintah ke ChatGPT melalui kolom chat di web ChatGPT.  Perintah yang diinput oleh user akan diolah oleh ChatGPT dengan algoritma yang dimilikinya serta database yang telah dimasukkan oleh tim di perusahaan OpenAI. Adapun dua tahapan cara kerja chatbot ini yaitu, pre-training dan fine-tuned. ChatGPT mempelajari jutaan dokumen teks yang ada di internet untuk menjawab pertanyaan dari pengguna dengan menggunakan teknik Pre-training. Teknik Pre-training adalah kapabilitas memprediksi kata-kata berikutnya dalam sebuah kalimat, sehingga kemudian mampu mempelajari struktur bahasa alami, setelah itu, input perintah dari pengguna disesuaikan kembali (fine-tuned) dengan tugas-tugas khusus yang ingin dilakukan, seperti pengenalan entitas, penerjemahan, dan generasi teks (Shah, 2022). Selanjutnya adalah pengolahan referensi data yang lebih spesifik yang disesuaikan dengan input perintah pengguna, sehingga sistem mesin dapat menghasilkan output yang diinginkan.

Salah satu pekerjaan yang bisa dilakukan dengan ChatGPT adalah mencari informasi yang dimiliki database ChatGPT itu sendiri. Sama seperti ketika kita melakukan pencarian di google, kita akan mendapatkan beberapa hasil dari pencarian kita. ChatGPT pun juga sama, namun perintah bisa lebih interaktif namun informasi hanya berdasarkan dari database yang dimilikinya.

Mungkin akan muncul pertanyaan, apakah ada perbedaan antara mencari informasi secara manual melalui observasi atau kajian pustaka dengan menggunakan ChatGPT dimana kita bisa mendapat informasi secara langsung? Ada beberapa perbedaan, yaitu: Pertama, seperti yang disinggung sebelumnya, ChatGPT hanya bisa menjawab perintah atau pertanyaan dengan menggunakan database yang dimilikinya.  Jadi seandainya seseorang ingin mencari sebuah hasil dari studi kasus di sebuah desa atau lokasi terpencil, maka selama data seputar studi kasus itu belum diinput ke database, maka ChatGPT tidak bisa atau setidaknya kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari user.

Contoh lainnya adalah sebuah perbedaan antara mendapat informasi dari ChatGPT dengan melakukan wawancara secara langsung ke seorang narasumber. Dalam wawancara, kita bisa mendapat beberapa hingga banyak informasi dari si narasumber. Bahkan mungkin juga sudut pandangnya terhadap suatu permasalahan tertentu. Sementara ChatGPT, jika data mengenai narasumber ini belum didapatnya, maka tidak akan keluar informasi yang sekiranya sama dengan hasil wawancara kita.

ChatGPT juga tidak terlalu efektif digunakan untuk jenis penelitian yang membutuhkan data kuantitatif dalam bentuk survei dengan cangkupan yang lebih kecil seperti misalnya kita meminta pendapat dari para mahasiswa universitas tertentu mengenai suatu kasus yang sedang viral. Atau data tipe golongan darah seluruh pegawai di institusi tertentu. Namun, ChatGPT masih bisa digunakan untuk mencari data-data yang masih global atau general dan sudah disimpan pada database ChatGPT itu sendiri.

Penggunaan ChatGPT yang mempermudah bentuk pencarian, peringkasan, hingga penelitian akan memunculkan pro dan kontra. Pihak pendukungnya akan mengatakan kalau ChatGPT bisa digunakan untuk mencari berbagai sumber referensi. Sementara yang tidak setuju dengan penggunaannya, akan mengatakan bahwa penggunaan perangkat berbasis AIini dapat membuat hilangnya esensi dari proses penelitian dan bisa-bisa mengancam pekerjaan para peneliti.

Berbicara soal penelitian, maka mungkin ada yang bertanya, apakah bisa ChatGPT dimaksimalkan untuk kegiatan penelitian?  Jika hanya berbicara seputar pencarian data yang umum secara instan, membuat rangkuman, dan beberapa kegiatan penelitian lain yang mampu ditangani, maka jawabannya adalah bisa. Apalagi jika topik penelitian adalah hal-hal yang hanya membutuhkan sumber pustaka umum yang sekiranya ada di database ChatGPT. Seperti misalnya dalam mencari daftar pustaka yang bisa digunakan untuk penelitian atau juga mencari definisi dari kata-kata kunci untuk karya ilmiah.

Akan tetapi meskipun potensinya bisa dimaksimalkan, tidak berarti penggunaan ChatGPT tidak bisa membawa dampak buruk untuk ranah penelitian. Seperti disinggung sebelumnya, hal ini dapat mengurangi esensi dari penelitian itu sendiri. Orang-orang cukup mengetikkan perintah di ChatGPT dan bisa mendapatkan sebuah karya ilmiah. Sedangkan itu tentunya akan ditentang keras oleh para peneliti yang melakukan riset langsung dan manual yang membutuhkan waktu, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun.

PENUTUP

Implikasi ChatGPT dalam pembuatan riset ilmiah tentu menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan legalitas serta kredibilitas ChatGPT dalam pembuatan karya ilmiah yang banyak memberikan tanda tanya. Ketidakakuratan data serta kerawanan plagiarisme menjadi perhatian utama akan penggunaan ChatGPT. Namun, dengan penggunaan yang bijak ChatGPT dapat menjadi asisten cerdas yang membantu dalam pembuatan riset ilmiah, terutama pada tahapan penggalian ide. ChatGPT mampu mengumpulkan berbagai informasi terkait berbagai permasalahan dan disimplifikasi menjadi suatu informasi yang relevan. Informasi yang diberikan diharapkan dapat diolah dengan bijak untuk menghasilkan ide riset bagi penggunanya. Oleh karenanya, sebagai generasi pemuda yang menikmati adanya berbagai kecanggihan teknologi ini, tentu yang menjadi poin dan tugas utama adalah memanfaatkannya semaksimal dan sebijak mungkin untuk menghasilkan sebuah ide riset ataupun hal-hal inovatif dan kreatif lainnya yang dapat memberikan dampak baik bagi khalayak luas.

DAFTAR PUSTAKA

Lund, Brady, D., & Wang, Ting. 2023. Chatting about ChatGPT: How may AI and GPT impact academia and libraries?. Library Hi Tech News. https://www.researchgate.net/publication/367161545_Chatting_about_ChatGPT_How_may_AI_and_GPT_impact_academia_and_libraries, diakses pada 28 Maret 2023 pukul 19.03.

Walker-Stokel, Chris. 2023. ChatGPT listed as author on research papers: many scientist disapprove.https://www.nature.com/articles/d41586-023-00107-z, diakses pada 28 Maret 2023 pukul 19.54.

Grehenson, Gusti. 2023. Menulis Ilmiah Menggunakan Platform AI Berpotensi Kena Plagiarisme,https://www.ugm.ac.id/id/berita/23557-menulis-ilmiah-menggunakan-platform-ai-berpotensi-kena-plagiarisme, diakses 27 Maret 2023 pukul 15.57.

Tanaka, Isha. 2023. How to Use Chat GPT to Write a Research Paper. https://www.griproom.com/fun/how-to-use-chat-gpt-to-write-a-research-paper, diakses 27 Maret 2023 pukul 19.47.

Categories: Research 101

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *